~Bundaku Malaikatku~
Judul
Buku : Moga Bunda
Disayang Allah
Penulis : Tere Liye
Penerbit : Republika
Dimensi : (PxL) 20,5 x 13,5 cm
Kategori
Buku : Novel
Tahun : 2006
Cetakan
Pertama : November 2006
Tebal
Halaman : VI + 306 halaman
20.5x13.5cm
Harga
Buku : Rp. 50.000,00
Novel
ini menceritakan seorang anak yang mempunyai keterbatasan mental. Dia tinggal
dengan kedua orang tuanya yang mempunyai banyak harta dan sangat terhormat.
Melati anak yang tidak bisa melihat,
mendengar, dan dia sering memecahkan barang yang dia pegang, untungnya Bunda
Melati sangat sabar merawat Melati. Melati sangat jarang mendapat kasih sayabg
seorang Ayah karena dia sangat jarang mendapat kasih sayang dari seorang Ayah
karena dia sangat sibuk dengan urusan pekerjaan, tetapi kadang sang Ayah
meluangkan waktu untuk makan bersama-sama.
Suatu hari Bunda Melati ingin
mencari seorang pendamping yang bisa mengajari Melati untuk bisa menjadi anak
yang lebih baik, Bunda Melati mendapat kabar bahwa ada seorang pemuda yang
bernama Karang yang dulunya sangat baik terhadap anak-anak.
Karang anak yatim piyatu yang tidak
pernah mengenal Orangtuanya, dia dibesarkan oleh sepasang pecinta anak anak
yang tidak pernah memiliki anak sendiri. Masa kecilnya yang ukrang beruntung
itu membuat dendam dalam diri Karang. Dia dendam untuk janji – janji kehidupan
yang lebih baik di masa mendatang. Sepeninggalan Ayah angkatnya, dia bersama
teman – temannya melanjutkan misi Ayah angkatnya tersebut. Karang mendirikan
banyak taman bacaan untuk anak – anak yang kurang beruntung. Karang selalu
memotivasi mereka dengan janji – janji kehidupan yang lebih baik.
Karang di kenal sebagai pecinta
anak, Pandai membuat cerita yang sarat akan motivasi, bahkan dia bisa membuat
anak yang menangis diam sekejap hanya dengan sentuhan lembutnya. Bahkan dengan
motivasi yang membakar semangat pendengarnya, seorang anak kecil yang terkena
lumpuh bisa sembuh dan berlari riang.
Namun karena sebuah peristiwa saat
liburan, di tengah lautan luas, di atas perahu kecil yang diterpa badai.
Membuat belasan anak asuhnya meninggal sia – sia, termasuk Qintan, wanita kecil
yang dengan semangat dari Karang bisa sembuh dari sakit Lumpuhnya bahkan bisa
berlari.
Disaat yang sama, seorang anak kecil
yang tengah liburan dengan kedua orangtuanya serta pengasuhnya juga terkena
musibah. Kecil awalnya, tapi menjadi inti dalam cerita ini. Dia ‘Melati’ gadis
berumur 3 tahun yang begitu riang dengan suasana pantai. Berlari riang rambut
ikalnya bergerak
ke kanan ke kiri, jika tertawa gigi kelincinya
terlihat semakin lucu dengan mata yang bening bagai biji buah leci. Namun
seketika kebahagiaan itu pudar, karena melati terjatuh saat kepalanya terhantam
piring terbang berukuran kecil. Yahh… kecil…
Dari
kejadian itu melati mengalami kebutaan, jikalau hanya buta dia masih bisa
melihat dunia dengan telinga, tapi lambat laun melati juga tuli, Jikalau saja
melati hanya tuli, mungkin dia bisa melihat dunia dengan Mata dan mulut, Tapi
Melati, Buta, Tuli sekaligus Bisu, hanya karena jatuh saat terhantam piring
terbang saja.
Seketika kehidupan keluarga HK berubah 100%. Melati sering mengamuk hingga
umurnya yang menginjak 6 tahun. 3 tahun Melati hanya merasakan Senyap, Sepi dan
kosong…
berbagai
usaha sudah di lakukan Bunda untuk kesembuhan Melati, tapi kenyataanya Melati
mustahil untuk sembuh, bahkan beberapa Dokter malah menyebut Melati sudah Gila
karena sering mengamuk …
Kejadian 3 Tahun lalu juga membuat
Karang menyalahkan diri, meski sebenarnya Hakim memutuskan Karang tidak
bersalah. Tapi karang tetap menyalahkan dirinya, mengurung di kamar tua tempat
Ibu asuhnya yang tinggal sendiri. Bukan hanya itu, kehidupan Karang juga
berubah 100%, dari pribadi yang baik, pecinta anak, kini menjadi manusia
Batman, karena selalu keluar malam untuk mabuk mabukan dan waktu pagi hingga
sore di gunakannya untuk tidur di kamar tuanya yang semakin pengap karena
jendela yang jika dibuka pemandangan pantai akan terlihat mempesona, malah
selalu tertutup rapat, tidak pernah dibuka.
Melati tidak pernah mendapatkan cara
untuk mengenal apa yang ingin dikenalnya. Rasa ingin tahu yang dipendam
bertahun tahun itu akhirnya memuncak, menjadikan Melati menjadi frustasi dan
sulit dikendalikan. Melati hanya bisa mengucap Baa dan Maa. Orang tuanya berusaha
berbagai macam cara untuk bisa mengendalikan Melati. Bahkan tim dokter ahli
yang diundang oleh orang tuanya tidak berhasil mengendalikan Melati.
Pak Guru karang, seorang pemuda yang
suka mabuk dan sering bermurung diri dikamar rumah ibu gendut yang akhirnya
menjadi guru Melati. Karang sebenarnya hampir kehilangan semangat hidupnya
setelah 18 anak didiknya tewas dalam kecelakaan perahu. Perasaan bersalahnya
hampir setiap hari menghantuinya selama 3 tahun terakhir. Dia bahkan hampir
tidak berminat ketika ibunya Melati memintanya untuk membimbing Melati. Tapi
demi cintanya terhadap anak-anak Karang akhirnya datang memenuhi permintaan
ibunya Melati.
Tidak
mudah untuk menemukan metode pengajaran bagi Melati. Bagaimana caranya Melati
bisa mendengar apa yang dikatakan Karang ? Bagaimana caranya Melati bisa
melihat? Bahkan untuk menangis saja Melati tidak bisa menemukan kosakata yang
benar. Dunia Melati benar-benar gelap. Melati tidak mempunyai akses untuk tahu.
Tidak mempunyai cara untuk mengenal apa yang ingin dia kenal. Setiap kali ada
yang menyentuh tubuh Meklati maka dia akan marah, mengamuk dan meklemparkan apa
saja yang tercapai oleh tangannya.
Karang hampir putus asa. Lalu
keajaiban datang ketika air mancur membasuh lembut telapak tangan Melati. Melati
merasakan aliran air di sela jemarinya. Saat itulah untuk pertama kalinya
Karang melihat Melati tertawa. Karang akhirnya mengerti, melalui telapak tangan
itulah karang menuliskan kata Air, dan meletakkan telapak tangan Melati
kemulutnya dan berkata A-I-R. Melati akhirnya mengerti benda yang menyenangkan
itu bernama air. Melalui telapak tangan Melati, air mancur yang mengalir di
tangan dan sela-sela jarinya berhasil mencukilnya. Melalui telapak tangan
itulah semua panca indera disitu. Akhirnya dunia Melati tidak lagi gelap. Dia
bisa mengenali orang tuanya, dia bisa mengenali kursi, sendok, pohon dan
sebagainya.
Kelebihan dari buku ini membuat Anda lebih
mencintai Allah dan mengajarkan arti kesabaran. Cerita ini menyuguhkan
perjuangan hidup yang tidak mudah yang dialami oleh anak-anak. Baik itu Karang
yang yatim piatu maupun Melati dengan segala kekurangannya. Namun ada satu
kesamaan antara mereka, anak-anak selalu punya janji masa depan yang lebih
baik.Penulis berulang kali mengungkapkan kalimat yang mengingatkan pembaca
untuk bersabar dan bersyukur “Hidup ini adil, sungguh Allah Maha Adil, kitalah
yang terlalu bebal sehingga tidak tahu dimana letak keadilanNya, namun bukan
berarti Allah tidak adil”.
Kelemahan
dari buku ini Cerita ini ditulis dalam gaya bahasa sehari-hari yang tidak baku.
Penggunaan berulang-ulang kosakata yang tidak baku serta kalimat tambahan yang
tidak perlu mengganggu kenyamanan dalam membaca.
kalau ada kesalahan mohon maaf, trimakasih atas kunjungannya :)